Puisi Cinta Kahlil Gibral "Cinta (I)"

CINTA (I)




Lalu berkatalah Almitra,

Bicaralah pada kami perihal Cinta.

Dan dia mengangkatkan kepalanya

dan memandang ke arah kumpulan manusia itu,

dan keheningan menguasai mereka.

Dan dengan suara lantang dia berkata:

Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,

Walau jalannya sukar dan curam.

Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.

Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu.

Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.

Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman.

Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau,

demikian pula dia akan menghukummu.

Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu,

demikian pula dia ada untuk mencantasmu.

Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting

lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu

dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi.

Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.

Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang

Dia mengasing- asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.

Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.

Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;

Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya

sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan.

Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,

supaya bisa kau fahami rahsia hatimu,

dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian

dan kenikmatan cinta.

Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu

dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta.

Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa,

tapi tak seluruh gelak tawamu,

dan menangis,

tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri

dan tiada mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.

Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;

Kerana cinta telah cukup bagi cinta.

Pabila kau mencintai kau takkan berkata,

"Tuhan ada di dalam hatiku,"

tapi sebaliknya,

"Aku berada di dalam hati Tuhan."

Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,

sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.

Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.

Namun pabila kau mencintai dan memerlukan keghairahan,

biarlah ini menjadi keghairahanmu: Luluhkan dirimu

dan mengalirlah bagaikan anak sungai,

yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam.

Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.

Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;

Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.

Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih;

Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;

Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;

Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu

dan sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu.




(Oleh : Khalil Gibran)